Sabtu, 07 November 2009

HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT

BAB I

PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang

Pada dasarnya setiap sekolah mendidik anak agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Namun pendidikan di sekolah sering kurang relevan dengan kehidupan masyarakat. Kurikulum kebanyakan berpusat pada mata pelajaran yang tersusun secara logis sistematis yang tidak nyata hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Apa yang dipelajari tampaknya hanya perlu untuk kepentingan sekolah untuk ujian dan bukan untuk membantu anak agar hidup lebih efektif dalam masyarakat.

Suatu usaha untuk mengubah kurikulum ialah memusatkan pelajaran pada anak, minat serta perkembangannya. Kurikulum yang berpusat pada anak atau “child-centered” ini mendapat kecaman karena kurang mempunyai orientasi sosial dan karena itu dianggap memberi pendidikan individualitas.

Sebagai reaksi atas kurikulum yang “child-centered” timbul kurikulum yang memberi tekanan pada masyarakat. Kurikulum “society-centered” yang berorientasi sosial ini memusatkan pelajaran pada masalah dan proses kehidupan sosial, serta menggunakan masyarakat sebagai sumber penting dalam pelajaran. Maka terdapat tiga jenis kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran atau disiplin ilmu (subject-centered curiculum), yang berpusat pada anak (child-centered curiculum) dan pada masyarakat (community-centered, society-centered, atau live-centered curriculum)

  1. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai yaitu “bagaimana hubungan sekolah dengan masyarakat ? “




BAB II

PEMBAHASAN



  1. Mengenal Masyarakat

Masyarakat terdiri atas sekelompok manusia yang menempati daerah tertentu, menunjukan integrasi berdasarkan pengalaman bersama berupa kebudayaan, memiliki sejumlah lembaga yang melayani kepentingan bersama, mempunyai kesadaran akan kesatuan tempat tinggal dan bila perlu dapat bertindak bersama.

Tiap masyarakat mempunyai sesuatu yang khas. Yang memberi kekhasan pada suatu masyarakat adalah hubungan sosialnya. Hubungan sosial ini antara lain dipengaruhi oleh besarnya masyarakat itu. Di masyarakat kecil orang saling berkenalan seperti dalam suatu keluarga dan hubungan sosial bersifat primer seperti dalam gemeinschaft. Di dalam masyarakat yang luas seperti di kota terdapat kebanyakan hubungan sekunder bercorak Gesellscaft. Norma-norma sosial dalam kedua masyarakat itu berbeda. Untuk memahami suatu masyarakat hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sistem nilai dan struktur kekuasaanya.

  1. Nilai-nilai dalam Masyarakat

Setiap masyarakat mempunyai sistem nilai yang berbeda dari masyarakat lain. Dalam sistem nilai itu senantiasa terjalin nilai-nilai kebudayaan nasional dengan nilai-nilai lokal yang unik. Dalam nilai-nilai itu terdapat jenjang prioritas, ada nilai yang dianggap lebih tinggi daripada yang lain yang dapat berbeda menurut pendirian individual.

Sebagai contoh adalah antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang mempunyai perbedaan nilai di dalam masyarakat. Dalam kedua masyarakat itu anak-anak dididik menurut cara yang berbeda-beda dan berkembang menjadi pribadi yang berbeda-beda pula. Walaupun kedua masyarakat itu berbeda-beda, namun juga memiliki persamaannya yaitu mereka sama-sama menjadi anggota suatu bangsa yang mempunyai kebudayaan nasional yang sama. Orang Indonesia dimanapun mereka berada mempunyai filsafat, bahasa, sejarah, dan kebudayaan yang sama, walaupun tiap daerah mempunyai ciri-ciri yang khas.

Setiap sekolah harus mengenali lingkungan sosial tempat Ia berada agar Ia dapat memahami latar belakang cultural anak dan jangan mengucapkan atau berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat.

Dalam masyarakat mungkin pula terdapat perbedaan pendirian tentang nilai mana yang dominan. Golongan pengusaha mungkin lebih liberal progresif, golongan adat mengutamakan tradisi dan cenderung menentang perubahan atau setidak-tidaknya hati-hati atau curiga terhadap pembaruan. Juga golongan agama akan lebih cenderung bersikap konservatif. Dalam mengambil keputusan menyangkut kepentingan umum, termasuk pendidikan akan terdapat kesulitan untuk mempertemukan perbedaan norma-norma itu.

  1. Sistem Kekuasaan dalam Masyarakat

Dalam setiap masyarakat terdapat tokoh atu kelompok yang berkuasa mengambil keputusan dan melaksanakannya berdasarkan otoritasyang ada padanya. Kekuasaan seorang atau kelompok nyata dari kemampuan untuk mengendalikan orang lain dan memaksanya untuk melaksanakan apa yang ditugaskan. Kekuasaan serupa ini diperlukan dalam setiap masyarakat agar terdapat ketertiban dan pengawasan atas tindakan orang.

Untuk memajukan pendidikan perlu diusahakan bantuan dari mereka yang memegang kekuasaan dalam masyarakat.


  1. Sekolah dan Masyarakat

Sekolah yang berorientasi penuh kepada kehidupan masyarakat disebut community school atau “sekolah masyarakat”. Sekolah ini berorientasi pada masalah-masalah kehidupan dalam masyarakat seperti masalah usaha manusia melestarikan alam, memanfaatkan sumber-sumber alam dan manusia, masalah kesehatan, kewarganegaraan, dan sebagainya. Dalam kurikulim ini anak dididik agar turut serta dalam kegiatan masyarakat. Pelajaran mengutamakan kerja-kelompok. Apa yang akan dikerjakan didasarkan atas perencanaan bersama. Peserta didik mempelajari lingkungan sosialnya untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat dijadikan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat dijadikan pokok bagi suatu unit pelajaran, khususnya yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan mutu kehidupan dalam masyarakat sekitarnya.

Dalam melaksanakan program sekolah, masyarakat diturutsertakan. Tokoh-tokoh dari setiap aspek kehidupan masyarakat seperti dari dunia perusahaan, pemerintahan, agama, politik dan sebagainya diminta bekerja sama dengan sekolah dalam proyek perbaikan masyarakat. Untuk itu diperlukan masyarakat yang merasa turut bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan atas pendidikan anak. Sekolah dan masyarakat dalam hal ini bekerja sama dalam suatu aksi sosial.

Sekarang mungkin jarang terdapat orang yang berpegang sepenuhnya pada prinsip-prinsip community school. Walaupun kurikulum bersifat subject-centered, perlu juga berorientasi pada anak dan masyarakat. Tak mungkin kurikulum efektif tanpa memperhitungkan anak, dan tak ada kurikulum yang tidak mempersiapkan anak untuk masyarakat. Setiap kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat karena sekolah didirikan oleh masyarakat untuk mempersiapkan anak untuk masyarakat. Maka karena itu guru perlu mempelajari dan mengenal masyarakat sekitarnya.


  1. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Hingga ini boleh dikatakan, hubungan sekolah dengan masyarakat masih sangat minim karena pendidikan sekolah dipandang terutama sebagai persiapan untuk kelanjutan pelajaran. Kurikulum sekolah kita bersifat akademis dan dapat dijalankan berdasarkan buku pelajaran tanpa menggunakan sumber-sumber masyarakat.

Setelah merdeka sekolah-sekolah dibanjiri oleh anak-anak dari segala lapisan, mulai dari SD, SMP, SMA, dan kini menggedor pintu universitas. Walaupun peserta didik beraspirasi masuk ke Perguruan Tinggi, namun dalam kenyataan hanya sebagian saja yang berhasil mewujudkan cita-cita itu. Sebagian besar anak-anak yang memasuki SD berhenti bersekolah di tengah jalan harus memasuki lapangan kerja. Maka kurikulum yang akademis sebagai persiapan untuk Perguruan Tinggi tidak sesuai dengan kebutuhan banyak siswa. Itu sebabnya timbul usaha untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat. Anak-anak perlu dipersiapkan agar hidup efektif dalam masyarakat. Salah satu usaha yang agak radikal ialah diciptakanya apa yang disebut community school. Walaupun sekolah kebanyakan mempertahankan subject-centered kemungkinan mengadakan hubungan dengan masyarakat sangat banyak.

Usaha penting yang dapat dilakukan sekolah ialah meghubungkanya dengan masyarakat dengan dengan menjadikan masyarakat itu sebagai sumber belajar. Pada umumnya untuk memanfaatkan sumber-sumber itu masyarakat dapat dibawa ke dalam kelas misalnya mengundang manusia sumber ke sekolah, atau kita dapat pula membawa sekolah ke dalam masyarakat dengan kunjungan, kerja lapangan atau karyawisata. Perguruan tinggi melakukannya antara lain melalui KKN atau Kuliah Kerja Nyata.

Untuk memperluas hubungan antara sekolah dan masyarakat, gedung sekolah dapat digunakan oleh masyarakat misalnya untuk pendidikan orang dewasa, pemberantasan buta huruf yang dikenal sebagai program “kejar” (Kerja Sambil Belajar)

Sekolah yang banyak menggunakan masyarakat sebagai sumber pelajaran memberi kesempatan yang luas untuk mengenal kehidupan masyarakat sebenarnya. Anak-anak melihat hubungan pelajaran sekolah dengan kehidupan masyarakat dan dengan demikian lebih memahami masyarakat. Diharapkan agar anak tersebut lebih sanggup menyesuaikan dirinya dengan masyarakat, lebih mengenal lingkungan sosialnya, dapat berhubungan dengan orang dari berbagai golongan agama atau suku bangsa. Sekolah janganlah terisolasi dari masyarakat. Apa yang dipelajari hendaknya berguna bagi kehidupan anak dalam masyarakat dan didasarkan atas masalah masyarakat. Dengan demikian lebih serasi dipersiapkan sebagai warga masyarakat.




























BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Dari uraian yang telah di paparkan dalam pembahasan dapat disimpulkan mengenai hubungan sekolah dengan masyarakat. Hingga kini boleh dikatakan, hubungan sekolah dengan masyarakat masih sangat minim karena pendidikan sekolah dipandang terutama sebagai persiapan untuk kelanjutan pelajaran. Kurikulum sekolah kita bersifat akademis dan dapat dijalankan berdasarkan buku pelajaran tanpa menggunakan sumber-sumber masyarakat.

Sekolah yang banyak menggunakan masyarakat sebagai sumber pelajaran memberi kesempatan yang luas untuk mengenal kehidupan masyarakat sebenarnya. Anak-anak melihat hubungan pelajaran sekolah dengan kehidupan masyarakat dan dengan demikian lebih memahami masyarakat. Diharapkan agar anak tersebut lebih sanggup menyesuaikan dirinya dengan masyarakat, lebih mengenal lingkungan sosialnya, dapat berhubungan dengan orang dari berbagai golongan agama atau suku bangsa. Sekolah janganlah terisolasi dari masyarakat. Apa yang dipelajari hendaknya berguna bagi kehidupan anak dalam masyarakat dan didasarkan atas masalah masyarakat. Dengan demikian lebih serasi dipersiapkan sebagai warga masyarakat.










Daftar Pustaka


Nasution,S. 2009. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara




Tidak ada komentar: